Senin, 29 Februari 2016

Annyeong Mboy!

Posted by Tamy on Februari 29, 2016 with No comments

Aaaahhh akhirnya udah nyampe ke hari terakhir di event #30Hari MenulisSuratCinta bareng Bosse @PosCinta dan Kang Pos yang sudah berkeliling membuat timeline-ku bernuansa 'pink' selama sebulan ini.

Awal ikutan ini cuma iseng, meskipun sadar tulisan masih sangat abstrak dan belum terlalu layak baca, tetep dengan pede-nya daftar. Niatnya sih cuma pengen latihan nulis biar konsisten aja selama tiga puluh hari, dan ternyata cuma bisa tahan beberapa belas hari aja wkwk. Tahun pertama ikut itung-itung masih belajar hihi.

Daaaannnnnn, aku juga nggak bakal bisa 'setangguh' ini kalo nggak punya partner yang jadi tempat diskusi dan saling support selama event ini berlangsung. Kemudian aku memutuskan menyeret salah satu member R24 yang juga partner dalam "Zon-Zon" dan ngefangirling, yaitu si @tdeee_ buat ikutan juga, dengan beberapa alasan dan pertimbangan hehehe.

Jadiiiiii surat terakhir ini diperuntukkan khusus buat my chingu Putri Trisna Dewi!
(Well, sebenernya kita emang udah janjian mau saling kirim surat di hari terakhir ini sih xD)

Annyeonghaseyo mbooooyy! Siap siap ya, ini surat bakal agak panjang sepertinya wkwk.
Waktu liat iklan event ini, aku langsung daftar dan akhirnya mikir kalo nggak bakal seru kalo aku nulis sendirian dan nggak ada temen buat cerita. Lalu, aku kepikiran sama elu dong. Secara, waktu itu kita berdua juga emang baru mau mulai belajar konsisten ngeblog setelah beberapa blog sebelumnya berakhir sawangan hahah.
Dan kupikir, ini salah satu sarana yang tepat buat kita latihan. Biar tulisannya lebih baik lagi, biar nulisnya lebih rajin, biar tempat curhat kita lebih luas dibanding 140 karakter di twitter yang selama ini nampung kultwit kita ya kan? xD.
Ternyata kamupun setuju bahkan ketika kita belum paham banget prosesnya gimana. Kemudian berhari-hari setelah itu mengalirlah surat-surat dari kita berdua, dan beberapa kali menulis surat dengan tema yang sama.

Iyaaaaa, kita emang sering banget satu ide, sepemikiran, kalo macem di Drama Korea itu kita bakal selalu bilang 'Call' untuk pilihan yang sama ketika harus memutuskan sesuatu. Termasuk kisah masa lalu, bareng-bareng jadi tim Gagal Move On, sampe milih idola-pun hampir selalu sama. Kita satu tim untuk urusan 'Kena Sindrom Second Lead', dan rata-rata aktor/aktris favorit juga satu suara. Sebut saja pacar bersama "Taecyeon" dan beberapa nama lain. Sekalinya kita beda pendapat yang parah banget itu yaaaa ketika Novel The Chronicles of Audy muncul. Dia memilih menjadi bagian #TeamRex sedangkan aku kekeuh di #TeamRomeo. Tapi nggak masalah, perbedaan itu malah jadi bikin dunia per-partner-an ini makin berwarna #Eeaaaaa wkwkwk.

Oiyaaaaa selamat ya buat surat-suratmu yang sering banget di repost sama Bosse, apalagi cerita tentang Jupiter Airlangga dan Haru Arashi. Aaawww I love them so much! Sayangnya, ceritanya cuma bertahan seminggu-an ya? wkwk no problem, abis ini blog mu tetep bakal selalu bisa diisi sama lanjutan kisah mereka kan? I'm gonna waiting for that!

Laluuuu mau bilang thanks udah mau nemenin dan mau aja ikutan event ini bareng-bareng, udah sering jadi first reader, rajin ngeretweet postingan suratku, dan terimakasih sudah jadi temen ngoceh di twitter juga temen chatting di line meskipun yang dibahas ngalor ngidul ngga jelas. Pokoknyaaaa thank you for being one of my best partner ever! Hahahaha.
Semoga per-partner-an ini tetep bertahan untuk waktu selama mungkin ya, susah nyari orang yang bisa diajak going crazy together whenever wherever macem elu wkwk.
By the way, beberapa postinganku yang isinya ada menyangkut elu bisa dilihat disini dan disini ya, kali aja belum baca kan hahah.

After all, semoga kita bisa segera nemuin jalan buat meraih cita-cita masing-masing. Baik itu masalah pekerjaan, semua harapan yang sudah kita tanamkan dari dulu-dulu, dan juga keinginan buat travelling bareng sampe ke Korea dan Jepang. Semoga doa kita didengar Yang Maha Kuasa ya, Aamiin!

See you, tdeee-ya!

Sabtu, 27 Februari 2016

Terimakasih kak...

Posted by Tamy on Februari 27, 2016 with No comments

Waaaahh nggak kerasa event #30HariMenulisSuratCinta udah mau kelar aja..
Dan hari ini, surat bertemanya ditujukan buat KangPos yang udah nemenin dari hari pertama sampe hari terakhir, dengan sabar bacain surat-surat yang masuk dan nganterinnya ke sepenjuru timeline.
Jadi, suratku kali ini ku berikan khusus buat kak @prtwhp yang udah mau aja baca beberapa suratku selama aku ikut partisipasi.

Halo kakak kang posku...
Aku pertama tama mau say thanks sama kakak, soalnya meskipun aku nggak selalu nulis surat setiap hari dan isi suratku kebanyakan absurd dan nggak jelas, kakak tetep ngebaca dan nganterin surat-surat yang kukirimkan. Dengan segala kesibukan yang bahkan sampe bikin kakak nganter suratnya malem banget, apalagi surat yang masuk nggak sedikit, rasanya senang sekali ketika suratku tak terlewat untuk diantarkan juga. Makasih banyak kak! Terkhusus, buat selipan komentarnya yang sukses bikin senyum-senyum sendiri...

Lalu, aku mau minta maaf kalo selama event ini belum berusaha maksimal buat nulis surat yang bagus, belum konsisten buat lebih rajin nulis suratnya, dan juga maaf kalo isi suratnya nggak layak baca hehe. Maklum, masih belajar, kak:")
Belum lagi kebanyakan suratku ngebahas karakter fiksi yang pasti ngebosenin banget ya kak hahaha. Semoga next time bisa ketemu lagi di acara semacam ini biar bisa belajar buat lebih baik dan nyoba untuk lebih puitis macem tweet-tweet nya kakak :p

Apalagi ya? Pokoknya seneng udah ngelewatin hampir 30 hari ini bareng kakak sebagai kangpos ku^^
Oh iya, sebagai saran aja nih kak... mungkin yang nulis surat akan lebih excited kalo kakak selalu ngasih sedikit komentar di surat-surat yang sudah dikirim, meskipun agak ribet dan makan banyak waktu terus bikin capek... Tapi sebagai penulis yang tulisannya dibaca orang, yang paling dibutuhkan adalah komentar, kritik, dan saran agar yang nulis bisa tau apa yang harus diperbaikinya. Hehe, semacam opini pribadi doang kak xD
But no matter what, kakak tetep kang pos yang keren kok! Saya suka saya suka kalo kata Mei-mei♥♥

Thank you so much kak pratiwi!

Regards,
Dariku yang cuma nulis surat beberapa kali.

Senin, 22 Februari 2016

Kukira...

Posted by Tamy on Februari 22, 2016 with No comments

Kukira aku bisa menjadi seperti Ran Mouri, yang meskipun masih kelas dua SMA tetapi sudah menunjukkan sosok gadis mandiri yang sangat hebat.

Kukira aku bisa menjadi seperti Ran Mouri, yang meskipun hanya tinggal berdua dengan ayahnya tetapi dia tak pernah merasa kesepian.

Kukira aku bisa menjadi sepeeti Ran Mouri, yang meskipun berkali-kali ditinggalkan oleh cinta pertamanya, tak pernah menyerah untuk percaya dan menunggu.

Kukira aku bisa menjadi seperti Ran Mouri, yang begitu sabar menghadapi anak kecil seperti Conan, menjaganya, mengkhawatirkannya, bahkan meskipun dia tak mengenal orang itu dengan jelas.

Kukira aku bisa menjadi seperti Ran Mouri, yang selalu bisa melindungi dirinya sendiri. Baik secara fisik maupun urusan hati.

Kukira aku bisa menjadi seperti Ran Mouri, yang mungkin bisa menemukan sosok seperti Shinichi Kudo untuk menjadi orang yang patut dinanti.

Tapi,

Ternyata aku lebih cocok dengan salah satu sifat Sonoko, yang kalau berbicara selalu dengan berteriak dan tanpa berpikir.

Ternyata aku lebih mirip Kazuha, yang selalu mundur dan tak berani mengungkapkan perasaan bahkan kepada orang terdekatnya.

Ternyata aku terlihat seperti Ai Haibara yang hidup dalam dunianya sendiri, berteman sepi, dan tak mau terlalu ambil pusing dengan kehidupan orang lain selain dirinya sendiri.

Ternyata aku tak kalah cengeng dari Ayumi, yang kadang membiarkan rasa takut menguasainya dan menangis karena hal-hal kecil.

Ternyata aku seperti Sera Masumi, yang hidupnya penuh misteri dan bahkan dirinya sendiri masih menelusuri.

Ah, Kukira aku bisa jadi seperti Ran Mouri...
Tapi ternyata tidak.

Kamis, 18 Februari 2016

Halo, Otak Ganggang

Posted by Tamy on Februari 18, 2016 with No comments

Dear my favorite hero of Olympus, Perseus Jackson...

Ini sepertinya tidak akan berbentuk surat, tapi aku mencoba sebaik-baiknya. Tetapi jika ternyata isinya lebih mirip cerita, aku minta maaf hehe.
Jangan semprot aku dengan galonan air bertekanan tinggi ya, Seaweed Brain!

Pertama kali mengenalmu, ketika itu aku menyaksikan petualangan super kerenmu dalam bentuk audio visual alias film pertama yang berjudul Percy Jackson and The Olympian : The Lightning Thief yang diperankan oleh Logan Lerman.
Lalu, sekuelnya muncul beberapa tahun kemudian yaitu Sea of Monster, dan aku kembali terpesona dengan jalan ceritanya meskipun tak begitu paham tentang mitologi Yunani kala itu.

Lambat laun aku mulai penasaran, cerita selanjutnya tentang apa ya? Akhirnya aku tahu cerita Percy Jackson ini terdiri dari lima seri dan aku langsung memutuskan untuk mulai membacanya.
Karena berasumsi sudah menonton yang pertama dan kedua, aku melewatkannya dan langsung membaca seri ketiga yang berjudul Titan's Curse atau Kutukan Bangsa Titan kemudian berturut-turut Battle of Labyrinth dan yang terakhir The Last Olympian. Segera saja aku makin jatuh cinta dengan pesonamu sebagai salah satu blasteran (demigod-setengah manusia setengah dewa) terkuat karena merupakan keturunan Dewa Laut yaitu Poseidon -salah satu dari dewa tiga besar-.
Karaktermu yang sangat heroik, peduli pada teman melebihi apapun, dan pantang menyerah menjadikanmu sosok pahlawan sesungguhnya. Tak peduli betapa banyak halangan, rintangan, dan tantangan yang semakin berat, kau tetap terus melaju, mengusahakan yang terbaik demi kelestarian Olympus.

Betapa perjalananmu, perjuanganmu, dan sifat serta sikapmu begitu menginspirasiku.
Kau yang pemberani meskipun tak jarang terselip rasa takut kala mengingat hancur atau tidaknya dunia bergantung pada tindakanmu.
Kau yang tetap berusaha keras seberapa mustahilpun misimu, kau yang tetap menaruh percaya meski para dewa tak selalu bisa menepati janjinya.
Kau yang tetap bisa meneruskan langkah sekalipun ada banyak hal yang harus dikorbankan.

Aku senang sekali menemukanmu bersama teman-teman yang sangat tepat ada disisimu. Annabteh, Grover, Tyson, Nico, Rachel, dan banyak nama lain yang tak kalah hebatnya.
Aku juga sering tertawa kala menemukanmu berkomentar sarkatis, dan tak jarang menunjukkan betapa kau tak tahu apa-apa. Otak Ganggang memang julukan yang tepat, kau tahu?
Tapi itu malah membuatmu menjadi semakin terlihat keren. Bukankah setiap pahlawan selalu punya kelemahan dan tak ada yang sempurna?
By the way, akhirnya My Ship is Sailing. Percy-Annabeth jadi nyata. Tak terkira betapa bahagianya, setelah sekian banyak wanita melaluimu dengan pesonanya masing-masing -sebut saja Calypso dan Rachel-, kau akhirnya hanya memandang ke satu arah yang sama. Ke arah seseorang yang membuatmu menolak keabadian karena tak mau meninggalkannya. It's a very romantic thing ever.

Belum habis rasa kagumku, muncul sekuel berisi lima seri lagi dengan judul Heroes of Olympus. Awalnya aku agak sedih karena tak menemukan namamu, dan mencoba menyukai sosok Jason, Leo, serta Piper.
Tapi kekecewaan tak bertahan lama karena tentu saja namamu muncul kembali dan menyelamatkanku dari kebosanan. Tanpa ba-bi-bu akupun menyelesaikan lima seri HoO hanya untuk kembali ternganga dengan misi-misi super awesome yang dilalui ketujuh demigod (Percy, Annabeth, Jason, Piper, Frank, Hazel, Leo) plus Nico dan Reyna lalui.
Terkhusus Percy, ah disitu aku bisa melihat sosoknya jauh lebih dewasa tapi tetap dengan celetukan dan selera humor yang payah.
Satu lagi, betapa perjalananmu ke Tartarus berdua saja bersama Annabeth, menghalau semua monster dan melaju melewati sarang raksasa dan penjahat paling sadis, akhirnya terlewati karena kalian saling percaya dan saling bergantung satu sama lain.
Kalian benar-benar salah satu contoh cinta sejati yang mengalami happy ending dan aku merasakan kebahagiaan yang sama, terlepas dari terpisahnya Leo dari kalian dan dia menemukan akhir ceritanya sendiri bersama Calypso.

Well, after all the stories I think I'm a big fan of you -and all of your friends too- and also with the author who create these amazing character, the one and only Uncle Rick Riordan.


I love you Percy Jackson! And I'll always do.

Peace from Indonesia,
Tamy.

Rabu, 17 Februari 2016

Menyapa 4R

Posted by Tamy on Februari 17, 2016 with No comments

Regan, Romeo, Rex, dan Rafael.

Hai kalian, empat saudara paling charming yang pernah ku kenal.
Apa kabar? aku sudah tak sabar menanti ceritamu kembali pertengahan tahun ini. Semoga endingnya menyenangkan ya! Harapanku sih tetap tak berubah, semoga Romeo jadian sama Audy hehehe. Hidup #TeamRomeo!

Tapi, pertama-tama aku ingin menyapa kalian semua.
Regan, si sulung ganteng nan kharismatik yang akhirnya menemukan separuh nafasnya Siapa lagi kalau bukan Maura.
Oh aku masih mengagumimu, bahkan awalnya aku memilih sosokmu sebagai R favoritku, kemudian aku sadar jika R1 terlalu dewasa lalu aku berpaling. Benar saja, beberapa saat kemudian kau menikah dan untungnya, aku terhindar dari patah hati dan gagal move on berkepanjangan hihi. By the way, sifat super setia, bertanggung jawab dan tipe pelindung sejatimu itu wajib ditiru oleh lelaki-lelaki di luar sana...

Lalu, ada sosok R2 alias Romeo. HAI RO! I MISS YOU SO MUCH! Wkwkwk
Meskipun Romeo sosok paling dekil, paling awut-awutan, dan hidupnya terkesan tak jelas, aku tau dia menyimpan sejuta pesona. Jujur, aku sebenarnya tak terlalu suka tipe cowok berambut gondrong, tapi aku langsung luluh kala mengenalmu.
Sifatmu yang santai, menenangkan, dan selalu ada saat Audy lagi punya masalah itu benar-benar kombinasi super perfect versiku.
Meskipun hidupmu di habiskan di depan layar monitor, nge-game sampe nggak inget waktu, jarang keramas (tapi udah mendingan semenjak ada Audy kan Ro?), kalo di rumah suka pake kaos kaki, dan segudang kegiatan lain yang kelihatannya tak berguna, tapi aku tetap jadi pendukung setiamu, Ro! Setidaknya, kamu punya penghasilan meskipun jarang keluar rumah. Sampe ketika kamu harus debat sama Rex, aku jadi makin terpesona.
Dilihat dari bagaimana Rafael paling akrab sama kamu, gimana kamu berusaha ngebantuin Audy waktu dia lagi sedih, aku tau kamu yang terbaik!
SEMOGA JADIAN SAMA AUDY YA, RO!!!! Hihihi

Kemudian ada Rex...
Oke, aku bakal ngobrol secara objektif terlepas dari betapa aku geregetan kenapa Audy suka sama anak SMA super nyebelin ini, hih.
Eh sorry.
Hai Rex! Si bungsu nggak jadi ini emang susah dipahami. Jangankan aku yang bukan siapa-siapa, keluargamu aja sama bingungnya ngadepin kamu kan? (Mungkin cuma kak Orizuka, temenku si tde, dan #TeamRex lainnya yang ngerti apa maumu ya?)
Abisnya, terlalu jenius, terlalu pendiem, terlalu kaku, terlalu serius. Apanya yang menarik coba? Okay, they said you're super cool. Well yeah that's right. Cuma aku agak kesel sama sikapmu yang nggak jelas begitu.
Memang sih, sebenernya kalo diliat dari sudut pandangmu, kamu juga ngejalanin hidup yg berat, aku tersentuh pas sampe ke bagian itu. Tapi kan nggak perlu sampe bikin hati cewek semester 7 yang mau bikin skripsi tapi nggak jadi-jadi itu patah? Apalagi part yang kamu mau kuliah ke luar negeri tanpa seorangpun di rumah yang tau. Ngeselin amat ini bocah.
Tapi yaudahlah, semoga di MIT ketemu cewek bule yg sama jenius nya dan kamu jadian ya! aaamiiinnnnn.

Last but not Least,
My favorit kiddo ever setelah Aufar dan Minguk heheh.
Halooo Rafael!
*semoga aku dapet sambutan hangat*
Ini anak yang nurunin masing-masing sifat ketiga kakaknya. Kadang, dia terlihat dewasa kayak Regan (waktu dia minta Audy balik ke rumah, that was soooo touching. Ah, jadi pengen nangis)
Seringnya, dia bersifat sebelas dua belas sama Romeo. Mereka satu komplotan kalau masalah 'ngerjain Audy', 'ngeberantakin rumah', dan 'maen game terus-terusan'.
Dan sepanjang waktu mewarisi kejeniusan Rex, yang membuatnya jauuuuhhh lebih cerdas dari anak seumurannya.
Pokoknya Rafael keren banget, pencampuran sempurna ditambah kepolosan yang tetap ada di dalam dirinya itu membuatnya makin lucu dan tak jarang bikin terharu.
Rafael, jangan ngambek lagi ya... pasti Mas Regan bisa nemuin sekolah yang pas buat Rafael dan kalian bakal tetep kumpul sebagai satu keluarga utuh. Semua orang sayang kamu, Rafa...

Oh iya, Audy yang jadi tokoh utama malah terlupakan.
Sory ya Au... (meminjam cara Rafael manggil) pokoknya aku titip mereka berempat, kamu orang yang tepat berada di antara mereka. Ketika pada akhirnya kamu akan memilih di antara Romeo atau Rex, semoga itu yang terbaik. Dan pssstt... Skripsinya dikerjain ya! Semoga di buku ke-4 ini kamu wisuda!

p.s. : Kak Orizuka, titip salam buat Romeo ya! Terimakasih sudah menghadirkan 4R ke dalam lembaran buku. Semoga nulis novelnya dilancarkan selalu^^

Regards,
#TeamRomeo yang menantikan The Chronicles of Audy Book 4.

Senin, 15 Februari 2016

Selamat Belajar Kembali!

Posted by Tamy on Februari 15, 2016 with No comments

Halo Icha, Hai Kiky...

Belom pernah dapet surat cinta dari aku kaaannn? Nih kali ini suratnya buat kalian sebagai pengiring perjalanan menuju seberang pulau.

Aaahh jadi emosional sendiri, hiks.

2/10 member R24 akhirnya sudah memutuskan langkah baru yang harus diambil untuk melanjutkan hidup. Sementara delapan lagi masih berusaha mencari kegiatan yang cocok dan sesuai, kalian berdua sudah mantap untuk memilih melanjutkan pendidikan.
A really nice choice, actually.

Dear Yulisa Triyana dan Rizky Agustri Mafikalitasari...
Kita udah bareng-bareng selama kurang lebih tiga tahun dan akhirnya makin deket di tahun terakhir perkuliahan. Kita ngelewatin dua semester paling berat sama-sama, ngerjain tugas yang ga berenti dateng di R24, ngelewatin study tour yang penuh cerita, lalu harus berjuang di daerah PKN masing-masing tapi tetep keep on contact.
Kemudian masa-masa sulitpun datang, mulai dari pembagian dosen pembimbing, ngajuin judul berkali-kali, dan banyak hal lain yang terasa tak akan selesai sampe akhirnya toga-pun terpakai di 21 September tahun lalu.
Rasanya baru kemarin kita foto-foto di Studio pake toga buat mengabadikan momen yang bakal dikenang selamanya.

Ga kerasa, hari ini kalian udah mau berangkat ke Jogja. Meneruskan perjuangan, bersiap untuk menimba ilmu yang lebih banyak.

Selamat jalan Icha dan Kiky...
Selamat belajar kembali, selamat menempuh pendidikan lagi.
Semoga setiap urusan selalu dilancarkan, dimudahkan perkuliahannya, diberikan kesehatan selalu, dan bisa membanggakan orang tua, keluarga, dan kami teman-temanmu.
Bakal kangen superduper sama kalian, secara posisi kita bakal terpisah selat sunda dan kesempatan buat ketemu nggak akan semudah kalo kita ada di satu provinsi :")

Meskipun kalian akan lebih sibuk nantinya, ku harap kalian tetap mau sesekali menengok sosial media hanya untuk tetap bertegur sapa, seperti lima bulan setelah wisuda dan grup chat masih tetap rame seperti biasa.
Walaupun kalian akan segera menemukan orang-orang baru yang kelak akan menjadi teman kalian, tolong sisakan sedikit ruang untuk menyimpan dan mengingat R24 yang tidak sempurna namun limited edition ini eeaaaa wkwkwk.

Nggak tau lagi mau bilang apa saking bingungnya, pokoknya take care, saling mengingatkan di kota orang, ingat tujuan utama dateng kesitu, jangan sering2 homesick, sok strong aja di depan ortu biar mandiri dan nggak jadi pikiran orang rumah, oke? (Kalo Icha sih aku percaya, meski bungsu pasti bisa mengatasi masalah ini, walaupun kadang mellow juga wkwk. Tapi kalo kiky... covernya aja anak pertama, emosionalnya dia sebelas duabelas sama aku hihi)

FIGHTING GIRLSSS!

Maaf yaaa nggak ada yang bisa dititipkan, cuma sebaris doa agar kalian selalu dalam penjagaan-Nya. Selamat berjuang! See you next time. Kalo pas lagi mudik, kabar-kabarin biar kita bisa meetup! Doakan kami juga bisa mengunjungimu di Kota Pelajar, dan janji ya kalo kami kesana kalian bakal jadi tour guide gratis buat kami hihihi.

Gonna miss you so much!♥♥

Love,
Tamy.

Kamis, 11 Februari 2016

Untuk Seorang Teman Lama

Posted by Tamy on Februari 11, 2016 with No comments

Kepada kamu yang nama lengkapnya berisi tiga kata.

Halo...
Setelah beberapa belas tahun tak pernah bertemu, sangat jarang ada tegur sapa, aku tiba-tiba saja terpikir dirimu.
Jadi, bolehkah aku menulis surat kali ini untukmu saja? Karena aku tau, kau tak akan mungkin pernah membacanya. Bahkan jika secara tidak sengaja (yang kemungkinannya dibawah 10%) terbaca olehmu, kau pasti tak tahu jika surat ini kutujukan untukmu.
Atau di atas segalanya, apakah mungkin kau bahkan masih mengenaliku?

Kamu, yang dulu ku kenal sebagai salah satu teman baru...
Apa kabarmu? Sejauh kulihat dari laman media sosial yang tak begitu sering diperbaharui itu, kau baik-baik saja. Sepertinya tengah berjuang menyelesaikan pendidikan yang sedang kau tempuh.
Semoga lancar selalu, semoga tetap semangat melewati setiap tahapan untuk menyongsong gelar di belakang namamu.

Hai, kamu yang hanya pernah kutemui beberapa kali..
Aku tau kita bukan teman yang sedekat itu sehingga aku bisa seenaknya menulis surat untukmu, tapi entahlah aku hanya ingin bercakap-cakap lagi denganmu, meskipun cuma satu arah. Meskipun tak akan pernah sampai, dan tak mungkin bisa kau balas.

Apakah kau masih selalu jadi yang paling pintar? Sedikit informasi yang kuketahui tentangmu berisi betapa dulu dirimu adalah sosok bintang kelas, yang tentu saja kuakui kebenarannya karena aku juga sudah mengonfirmasinya sendiri lewat pengamatan pribadi. Tapi aku bukan stalker, loh. Aku bahkan tak tahu arti stalker apa, waktu itu.

Aku tak begitu ingat persisnya bagaimana interaksi kita dulu,
Sepertinya ketika itu kita memang sempat berbicara beberapa kali meski tak begitu sering. Ataukah, pertemuan pertama itu hanya diisi perkenalan singkat?
Karena seingatku, waktu itu aku lebih dekat dengan temanmu dan kau juga lebih akrab dengan temanku.
Yang paling kuingat, kita memang sempat saling mengejek nama satu sama lain. Hanya itu yang sangat membekas.

Pertemuan kedua, aku senang melihatmu lagi. Bukan jenis senang karena akhirnya bertemu denganmu lagi, tapi lebih ke aku yang merasa bahagia karena menemukan satu orang yang ku kenal ditengah orang-orang baru. Bonusnya, kau juga masih mengingatku kala itu. Sedikit obrolan pun terbentuk. Ketika seragam putih-merah masih melekat. Ketika aku masih berponi rata.

Sekitar tiga tahun kemudian, aku menemukanmu lagi. Dengan setting tempat dan suasana yang kurang lebih sama. Tetapi kali ini, aku sudah berseragam putih-biru, begitupun kamu.
Aku mengenalimu pada detik pertama, lalu semakin yakin ketika melihat nama yang tercantum di seragammu.
Kamu yang mungkin sadar sedang kuperhatikan, menatapku balik. Entah mengenaliku atau tidak, setelah itu beberapa kali aku mendapatimu melirik ke tempatku duduk.
Mungkin kamu lupa, atau ingat tetapi terlalu ragu. Aku tak tau, dan akupun tak berani menyapa.

Ketika SMA, aku berada terlalu diluar lingkaran untuk mengikuti kegiatan yang kemungkinan bisa mempertemukan kita kembali.
Tapi akhirnya kita memang bertemu, di media sosial. Ingatkah?
Kita sedikit bercerita, lalu kau mengatakan semacam I miss you so bad atau sejenisnya (Well, aku membacanya sebagai rasa rindu teman ke temannya yang sudah lama tidak berjumpa) kemudian kita tak pernah lagi berbincang setelah itu.

Terakhir, aku menemukan namamu di kolom notifications menyukai foto yang ku unggah, sekitar setahun lalu. Ku kira aku berhalusinasi, tapi aku sangat senang ketika sadar namamu memang ada di sana.

Wah, sepertinya surat ini sudah lebih panjang daripada seharusnya.
Sekian dulu, semoga kau selalu bahagia ya...

Pria dengan Kaos Kaki Hijau

Posted by Tamy on Februari 11, 2016 with No comments

Dear River Jusuf.
Lelaki yang akhir-akhir ini menarik perhatianku sama kuatnya seperti ketika magnet berbeda kutub bertemu.

Kalau boleh jujur, aku awalnya lebih penasaran pada sosok adikmu, Aga. Dia yang terkesan ramah, supel, dan mudah berbaur bahkan dengan orang yang baru dikenalnya beberapa saat itu benar-benar membuatku terpesona. Tapi itu sebelum aku menemukan kamu yang menunjukkan perhatian kecil meskipun dengan cara yang berbeda.
Kamu menegur Raia, ketika kamu ingin sendirian dan terhindar dari hingar-bingar pesta di ruang sebelah.
Kamu mau menanyakan keadaannya, bahkan ketika fokusmu sebenarnya ada pada gedung apartemen di seberang yang sedang kau tuangkan ke atas buku gambarmu.
Kamu menjawab pertanyaan-pertanyaan Raia, walaupun hanya sekedar anggukan dan sebaris senyum tipis.
Saat itu, aku langsung menjadi penggemarmu. Menahan diri untuk menunggu sang penulis menyebutkan namamu.

Kamu, yang meskipun terkesan cuek dan dingin.
Yang suka memakai jaket cokelat, beanie abu-abu, dan tak ketinggalan kaos kaki hijau yang tiap hati kau cuci dan keringkan untuk dipakai lagi esok harinya...

Aku menyukaimu, melihat caramu mengajak Raia berkeliling, menceritakan padanya kisah dari setiap bangunan di Kota New York yang seolah memiliki sejuta cerita.
Aku mengagumimu, karena kamu akhirnya mau sedikit membuka dirimu, berceloteh lebih banyak, menunjukkan senyummu yang menenangkan, dan bahkan memamerkan tawamu yang selama ini kukira tak akan pernah muncul.

Dear Mas River,
Aku tahu, betapa masa lalumu masih menghantui dan membuat lukanya tak bisa sembuh.
Aku tahu, sosok Mbak Andara sangat membekas dalam ingatanmu, mengingat betapa manisnya kisah yang kalian jalani sejak pertemuan tak disengaja hingga akhirnya tiba waktu Tuhan memisahkan.
Aku tahu, jalan satu-satunya untuk membuatmu tetap hidup adalah 'mengungsi' seperti yang kau lakukan setahun belakangan ini. Bahkan, kerinduan seorang ibu pun belum mampu menarikmu kembali ke tanah air.
Tapi akan selalu ada orang baru yang datang, bukan?

Dear Bapak Sungai...
Seperti katamu, sosok Raia seperti petir menyambar. Tanpa diundang dan tiba-tiba. Tapi menggelegar.
Aku senang, mengetahui kalian dipertemukan.
Seperti ucapmu, kalian berdua adalah orang yang tersesat. Dan tersesat berdua lebih baik daripada sendirian.
Aku senang, ketika kau dan Raia membentuk satu hubungan yang aku juga tak tahu apa namanya. Tapi tidak semua hal butuh nama bukan?
Aku senang ketika kau menghawatirkan Raia sebegitu besarnya hingga harus membentaknya meski kau tak bermaksud begitu.
Namun, aku sedih mengetahui akhir kisah kalian di #PollStory kali ini masih berbentuk tanda tanya.
Kamu yang merasa bersalah, karena ingin memberikan rasa sayang kepada Raia, yang berhak didapatnya, tetapi di sisi lain hatimu masih mencintai Andara sepenuh hati.

Satu harapanku, semoga baik dirimu maupun Raia menemukan kebahagiaan, setelah luka dan pengalaman sedih yang telah kalian lewati dengan pasangan hidup masing-masing.
I'll be happier if you catch the happy ending together on the same way.
But if you guys destined to end-up in separated ways, it'll break my heart but it doesn't matter.
Semoga kalian bisa berdamai dengan masa lalu, hidup dengan tenang di masa sekarang, dan melangkah lebih ringan menuju masa depan.

p.s : Thanks Kak Ika sudah menghadirkan satu lagi cerita yang menyedot perhatian sebegitu banyak orang. Terimakasih untuk tokoh-tokoh super keren dan berhasil membuat perasaanku campur aduk di setiap episode nya. Much Love!♥♥


Regards,
Salah satu pembaca The Architecture of Love yang beberapa minggu ini suka degdegan setiap Selasa dan Kamis malam.

Kamu yang Ku Tunggu.

Posted by Tamy on Februari 11, 2016 with No comments

Dear Future Boyfriend...

Hai kamu yang mungkin suatu hari nanti akan memenangkan hatiku...
Ku harap kamu sekarang menjalani hidupmu dengan gembira, karena akupun begitu.
Kudoakan dimanapun kamu berada, kamu selalu dilindungi Yang Maha Kuasa, karena akupun selalu merasakan perlindungan terbaik-Nya.

Kamu yang ku tunggu kehadirannnya,
Ketahuilah, aku akan berusaha untuk tak terlalu mengekangmu, karena akupun sama. Aku tak mau dirimu over protected yang sangat berlebihan terhadapku.

Aku tak akan mengganggu hobimu, selama itu baik, karena ku tahu itu satu-satunya hal yang membuatmu tetap menjadi dirimu, karena aku juga tak mau dilarang untuk melakukan hal-hal yang kusukai.
Aku tidak bisa melarangmu bermain futsal, sepakbola, basket, ataupun sekedar menghabiskan waktumu di depan playstation, karena aku juga akan suka melihatmu begitu. Aku akan dengan senang hati menonton pertandinganmu, itupun kalau kamu mengajakku.
Aku akan menunggumu mem-pause FIFA atau PES lalu memberitahuku kalau kau sedang bermain dan tak bisa membalas pesanku untuk beberapa saat.
Terdengar absurd? Penuh janji?
Mungkin iya, tapi mungkin juga tidak.
Karena apa?
Karena aku juga tak ingin disela ketika pikiranku fokus pada satu novel yang harus ku tuntaskan sekali baca. Aku juga tak mau dimarahi ketika aku harus begadang demi memenuhi rasa penasaran akan beberapa episode drama korea yang tengah ku tonton.
So, I feel you. I know how you'll get annoyed by someone who disturbing while you're on your favorite activities.

Hai kamu yang entah sedang melakukan apa sekarang,
Semoga kita dipertemukan ketika kita sama-sama dalam keadaan yang lebih baik. Karena aku juga masih berusaha memperbaiki diri. Berusaha menjadi lebih mandiri agar tak menyusahkanmu nanti.
Semoga kamu juga melakukan hal yang sama, karena tentu aku akan sangat bangga jika menemukanmu sebagai sosok yang bertanggung jawab dan mampu melindungiku.

Halo kamu, yang mungkin ketika tiba waktunya akan menjadi teman diskusiku...
Aku tak berharap kau selalu mendapat nilai sempurna, atau memiliki prestasi segudang, karena begitu juga aku.
Aku bukan orang dengan sisi akademik paling baik, tapi aku ingin kamu menjadi teman diskusi yang menarik. Yang bisa menceritakan hal baru dan mengajariku banyak hal yang tak kutahu.
Aku hanya berharap kau mau menjawab tanyaku, memberikan penjelasan yang mudah kumengerti, mengarahkan jalanku agar tetap ada di jalur seharusnya.

Dear kamu yang mungkin punya banyak idola...
Aku tak keberatan kalau kau mau bercerita tentang sosok-sosok yang kau kagumi, entah itu aktris, atlit, penyanyi, siapapun.
Karena aku juga punya banyak tokoh yang ingin kubagi kisahnya kepadamu. Terutama tokoh fiksi yang selama ini mendiami hatiku, sebelum akhirnya ruang ini diisi olehmu.

Mungkin nanti kau akan menemukan banyak nama-nama tak dikenal memenuhi otakku, tapi jangan khawatir.

Seperti kata Taylor Swift,
Got a long list of ex lover, They'll tell you I'm insane..
But I got a blank space baby, and I'll write your name! Hihi xD

Yeppp, akan selalu ada Blank Space untuk dirimu, kapanpun kau memutuskan untuk berhenti di depanku dan kapanpun aku berpikir siap untuk menulis namamu.

By someone who's waiting to know you someday.

Selasa, 09 Februari 2016

Sebaris Pujian

Posted by Tamy on Februari 09, 2016 with No comments

"Dia itu begini loh........."
"Iya, pantes dia bisa ..........."
Screencapture percakapanmu dengan temanmu yang ternyata juga salah satu temanku, berisi pujian yang tak pernah kuduga akan kubaca.

Lalu kemudian kamu dengan entengnya berkata,
"Eh, ternyata kamu pernah juara itu ya, ajarin aku dong"

Sebaris kalimat simpel tapi sangat menyentuh. Kejadiannya sudah sangat lama, kenapa kamu bisa-bisanya masih ingat dan memutuskan mengatakannya. Tak tahukah kau? Hatiku menghangat.

Siapa sih yang tidak mau dipuji? Terlepas dari tulus tidaknya seseorang yang melontarkan pujian, terlepas dari tujuan seseorang memuji, terlepas dari sengaja ataupun tidak sengaja, selalu terbersit kebahagiaan ketika mendengar seseorang mengatakan hal-hal baik tentangmu.
Apalagi, jika pujian itu datang dari seseorang yang menurutmu tak mungkin mau memujimu. Seseorang yang kau pikir lebih baik darimu, yang tak akan pernah memikirkan kemampuanmu.

Tapi ternyata pujian itu datang, tanpa peringatan, sangat tiba-tiba.
Dan kau tahu? Efeknya sungguh menyenangkan. Membuatku terbang, berputar di kumpulan awan, lalu turun kembali ke bumi hanya untuk memastikan aku tak salah baca.
Ah, sungguh aku tak tau harus berbuat apa.

Ketika kamu berpikir memiliki sedikit kelebihan yang bisa dibanggakan, itu tak ada artinya sebelum ada orang yang mengamininya, kan?
Misalnya, kamu berpikir dirimu adalah sosok A, tapi kamu tak pernah mengumumkan bahwa dirimu adalah A.
Kemudian, ada orang yang mengatakan bahwa kamu memang A, tanpa pernah tahu di lubuk hatimu, kamu menumbuhkan keyakinan yang sama.
Menyenangkan bukan?
Ketika seseorang menilaimu sama seperti apa yang ada di hatimu.

Sebenarnya, Aku tidak bermaksud minta diakui. Aku bukannya ingin semua orang sependapat dengan kata hatiku. It's impossible, I know.
Aku hanya ingin tau, apakah aku sebaik itu di satu bidang tertentu? Apakah aku hanya sosok berkemampuan rata-rata yang bahkan tak bisa diingat?

Ketika seseorang menegaskan bahwa aku memang seperti yang aku pikirkan, tak ada lagi yang bisa menandingi perasaan seperti itu. Aku bersyukur, aku tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap diriku sendiri.
Aku senang, aku bukanlah gadis delusional yang berpikir ada sedikit hal bagus di diriku.
Mungkin kamu tidak bermaksud memuji, tapi entahlah aku sudah terlanjur merasa sangat tersanjung.

Untuk kamu, temanku yang tak pernah mau mengalah jika diajak berdebat, terimakasih pujiannya.
Your words several months ago, really made my day, even till now.

Minggu, 07 Februari 2016

Back to December

Posted by Tamy on Februari 07, 2016 with No comments

Halo lelaki Bulan Desember, apa kabar?
Masihkah kau menyukai musik dengan genre itu?
Masihkah kau lebih mementingkan game di atas segala urusanmu?
Masihkah kau mengidolakan klub sepakbola yang terletak di ibukota sebuah negara itu?

Masihkah mengingat aku? Aku yang mungkin telah membuat hatimu terluka di akhir tahun.
Aku yang kau coba dekati tapi malah mengabaikanmu.
Aku yang tak pernah mau berusaha mengenalmu lebih jauh.

Hai lelaki Bulan Desember...
Tak tahukah kau, kadang aku juga teringat dirimu?
Kadang, terlintas di benakku kenapa aku dulu mengacuhkanmu, lalu aku menggeleng pelan, tersenyum
Semuanya tak lagi berarti sekarang, bukan?
Ketika bulan dan tahun sudah jauh berjalan, ketika kita bahkan sudah begitu lama tak pernah lagi bertatap muka.

Aku bukannya berharap menemukanmu lagi di depan mata. Aku tak mengkhayal untuk mendengar kalimat 'sakti' itu sekali lagi. Aku bahkan tak tahu harus berbuat apa jika bertemu denganmu. Terlalu canggung, terlalu kaku.

Aku hanya sering tersenyum, ketika terlintas bayangan wajahmu dan caramu berbicara.
Aku juga kadang merasa konyol, betapa ketika mendengarmu berkata-kata, aku berharap orang lain yang mengatakannya.

Ah, iya. Mungkin itu alasanku bergerak mundur, dulu.
Aku masih terlalu sibuk bertanya-tanya, apakah aku siap memulai hal yang sama dengan orang yang baru?
Dan jawabannya ternyata belum.

Dear lelaki bulan desember,
Mengutip lirik lagu Taylor Swift, aku ingin kau tau, terkadang...
I miss your tanned skin, your sweet smile...
Dan sepertinya, luka kecil yang tak berarti dulu itu sudah sembuh. Dan kau juga sudah lama bisa melanjutkan hidup, sepertiku.

Sungguh, aku tak berniat mengusikmu lagi, setelah dulu aku yang berlari kencang.
Tapi, ketika Desember datang, entah kenapa ingatan tentangmu juga turut hadir tanpa ku kehendaki.

Mungkin, kau memang harus selalu menjadi lelaki Bulan Desember-ku. Untuk mengingatkan bahwa aku tak boleh lagi mementingkan keegoisanku semata. Bahwa seharusnya, aku bisa lebih bijaksana menentukan.

Sabtu, 06 Februari 2016

Selamat 31 tahun, @cristiano!

Posted by Tamy on Februari 06, 2016 with No comments

Dear My All Time Favorite Football Player...

Selamat 31 tahun, @cristiano! Selamat menapaki tahun baru yang semoga bisa membawa lebih banyak kebaikan dan kesuksesan, untuk karier dan kehidupan pribadimu.

5 Februari 1985, sosok lelaki bernama Cristiano Ronaldo Dos Santos Aveiro yang kemudian akan menjadi bintang besar yang sangat bersinar dan dikenal banyak orang dilahirkan.
Betapa bahagianya ketika akhirnya aku menemukan sosok idola pada dirimu, sejak aku masih kelas 8 di Sekolah Menengah Pertama.
Kala itu teman-teman sekelasku, terkhusus yang laki-laki, semuanya memiliki figur idola di dunia sepakbola yang setiap hari tak habis dibahas.
Karena rasa penasaran, bercampur bingung, melihat kakak sepupu selalu sibuk mengocehkan nama-nama pesepakbola profesional, serta melihat poster klub Manchester di kamar adik sepupuku, mulailah akhirnya aku bertanya. Setelah dijelaskan panjang lebar, baik oleh adik dan kakak sepupu serta teman-teman di kelas, aku akhirnya memilih beberapa nama yang kuanggap menarik, dan hebat, ketika itu.
Muncullah nama Ricardo Kaka', Cristiano Ronaldo dan Frank Lampard. Awalnya aku menyukai ketiganya, sama rata.
Lalu seiring berjalan waktu, aku semakin condong ke satu orang, yaitu Ronaldo, dari semenjak dia masih merumput di Inggris hingga akhirnya berpindah ke Ibukota Spanyol sebagai pemain termahal kala itu.

Pemain satu-satunya yang mampu mendapatkan Ballon d'Or dan Golden Boot di dua klub berbeda ini, menunjukkan kualitasnya di lapangan dengan sangat hebat dan memikat.
Selain skill nya yang diatas rata-rata, bentuk wajah yang tegas dan berkharisma itu juga menjadi magnet sangat kuat untuk menarik ribuan penggemar wanita di luar sana, termasuk aku.

Sempat ragu ketika dia memilih meninggalkan Manchester United, ketika pamornya sedang bagus-bagusnya, untuk menyeberang ke liga asing yang aku tak terlalu mengerti.
Tapi kemudian, dia membuktikan bahwa dia memang layak untuk menjadi salah satu pemain terbaik dunia dengan meraih berbagai gelar bersama klub, dan juga penghargaan untuk dirinya pribadi.

Sifatnya yang ringan tangan dan suka menolong orang lain, peduli pada lingkungan, serta tidak sombong (meskipun dulu banyak sekali yang bilang dia arogan, but yeah haters gonna hate, right?) membuat aku semakin suka pada sosoknya. Hingga sekarang, sampai aku sudah lulus kuliah aku masih belum berubah pilihan. Meskipun banyak yang mengatakan rivalnya (you know who) lebih baik darinya, no problem aku tetap menjadi penggemarnya.

By the way, aku harus menjawab pertanyaan "Bagaimana jika dia menjadi pacarmu" dari peraturan surat bertema kali ini ya, hmm...
Aku bingung sih, secara aku suka Ronaldo sebagai idola, dan aku selalu memposisikan diriku sebagai penggemar. Jadi kukira aku tak berharap untuk menjadi pacarnya, hanya saja aku berdoa agar dia segera menemukan sosok wanita yang tepat untuk mendampinginya seumur hidup.
Seperti Beckham yang hidup bahagia dengan keluarganya, aku berharap Ronaldo segera settle down dan semoga karirnya semakin cerah!

Love you, Cris!

Jumat, 05 Februari 2016

Dear, Second Lead Male...

Posted by Tamy on Februari 05, 2016 with No comments

Teruntuk deretan aktor-aktor drama korea dan tokoh-tokoh novel yang berperan sebagai pria dengan nasib selalu mengalami patah hati diakhir cerita.

Kali ini aku menulis surat untuk kalian, fictional character yang mampu membuat emosiku naik turun, perasaanku diaduk-aduk, lalu kemudian gagal move on entah sampai berapa lama.

Meskipun posisimu selalu jadi yang tersakiti, tetap saja banyak gadis-gadis di luar sana yang mengidolakan sifat ikhlas dan berjiwa besarmu itu.
Sesungguhnya, bagi kami para pengagum Second Lead, kalian adalah pahlawan sesungguhnya.
Kalian mau merelakan seorang wanita, yang sebelumnya begitu memikat dan mempesona dirimu untuk kemudian bersama laki-laki pemeran utama yang dipilihnya.
Ah, tahukah kalian? Kami patah hati lebih dari yang kalian rasakan, bahkan ketika hal itu cuma sebuah cerita. Bukan kejadian nyata.

Kami sedih, mengamati kalian juga ikut tersenyum kala wanita itu bahagia bersama lelaki pilihannya. Betapa sangat tegarnya, betapa sangat menginspirasinya.

Kami marah, kenapa kalian harus selalu mengalami sad ending?
Tak bisakah kalian mendapatkan apa yang sudah kalian perjuangkan di episode atau bab-bab sebelumnya?
Bukankah kalian selalu ada untuk wanita itu? Menemaninya? Menolongnya tiap dia mengalami kesulitan? Menjadi sandarannya ketika dia sedih.
Bukankah itu cukup untuk menjadikan kalian pilihan terbaik?
Tapi sudahlah... harus selalu ada pahlawan seperti kalian kan? Agar cerita berjalan lebih seru tentunya.
Tentu saja, beberapa orang lebih suka menganggap kalian sebagai first lead, dan dipasangkan dengan pemeran utama wanitanya, hanya agar tak terlalu lama berlarut dalam kesedihan, gagal move on, dan terus kepikiran hingga berminggu-minggu.

Dear, Second Lead Male....
Jangan pernah patah hati berlarut-larut, karena ketahuilah..
Satu wanita menolakmu di drama, ribuan wanita di dunia nyata siap menyambutmu dengan tangan terbuka.
Sekalipun nasib cintamu tak berjalan mulus, kau dicintai dengan sepenuh hati oleh jutaan wanita di luar sana.

Dari
Tamy, yang selalu terkena SecondLeadSyndrom 🙈

Kamis, 04 Februari 2016

Karena Aku Sungguh Merasa Bahagia

Posted by Tamy on Februari 04, 2016 with No comments

Berharap waktu berhenti, bukankah itu permintaan tak masuk akal? Memang.
Tapi terkadang, banyak manusia yang menginginkannya. Ketika dia merasakan bahagia yang tak bisa dijelaskan dengan ribuan kata, ketika dia tak mau saat-saat menyenangkan itu berlalu, akan ada bisikan kecil dari lubuk hatinya bahwa dia ingin waktu berhenti bergerak.

Membiarkannya dibuai oleh manisnya perasaan senang tak terkira. Namun, itu hanyalah perumpamaan.
Karena sesungguhnya, orang-orang berharap agar mereka selalu dan terus merasakan perasaan tersebut, bukan meminta waktu berhenti secara harfiah, tetapi ingin disetiap waktunya diisi oleh perasaan yang sama, berulang-ulang.

Seperti halnya diriku...
Aku ingin ada satu teknologi untuk mengabadikan momen, bukan melalui foto ataupun video.
Aku ingin memiliki satu benda yang mampu menyimpan kenangan, untuk kemudian sewaktu-waktu bisa kuulang kembali. Bukan, bukan hanya dengan memandangi cerita yang melintas, tapi aku ingin melaluinya lagi. Melakukan hal yang sama persis.

Aku akan menemukan diriku yang memandang lurus, melamunkan entah apa, kemudian tersentak ketika sadar ada sepasang mata lain yang menatap tajam ke dalam manik mataku, tak jelas apa maksudnya.
Tatapan yang hangat, menenangkan, tapi penuh rasa penasaran itu membuatku bertanya-tanya. Kenapa? Ada yang salahkah? Batinku terus mengajukan perkiraan.

Lalu, aku akan mendapati ponselku tak pernah sepi. Ada saja cerita mengalir dari suara khas-mu ataupun kalimat-kalimat singkat yang tertuang pada beberapa karakter di kotak masuk pesan, dan mampu membuatku tersenyum meski bahkan tak memandangmu.
Caramu bertanya, caramu menjelaskan, caramu menegaskan pendapat, caramu memujiku dan mengolok-olokku, Semuanya terasa nyata di dalam pikiran.

Ah, aku masih ingat ketika kita berdebat tentang klub bola favorit siapa yang terbaik. Yang kemudian akan menjadi juara UEFA Champions League. Pemain mana yang layak mendapat Ballon d'Or, Puskas Award, dan Golden Boot. Negara mana yang berhak menjuarai World Cup dan EURO, sama-sama tak pernah mau mengalah, mendukung pilihan masing-masing yang selalu berbeda. Tapi aku menyukainya.

Aku akan menemukan tangan kananku mencoret-coret abstrak di buku, sementara tangan kiri memegang ponsel, mendengarkanmu bernyanyi di ujung sana. Mungkin tak sebagus suara Ariel atau Adam Levine, tapi perasaanku melayang.

Aku akan menemukan dirimu yang tersenyum, dan tanpa sadar satu senyuman juga terlukis di wajahku, disertai beberapa dentuman aneh yang tiba-tiba hadir memecah kebisuan di hatiku.

Saat itu, aku tak berharap waktu berhenti. Aku hanya berdoa semoga aku bisa merasakan perasaan ini lebih lama, lebih lama lagi sampai aku lupa sudah berapa lama aku begitu.
Karena aku sungguh merasa bahagia.

Rabu, 03 Februari 2016

Teman yang Bukan Lagi Teman

Posted by Tamy on Februari 03, 2016 with No comments

Awalnya kita berteman, cukup akrab. Aku merasa senang punya tempat berbagi cerita, mendiskusikan berbagai hal, mengobrol panjang tak berkesudahan.

Tapi semuanya berubah, kita menjadi berjarak, hanya karena satu perasaan yang terlalu cepat menguasai, sedangkan satu sisi hatiku belum siap menyambutnya dengan tangan terbuka.

Kenapa, saat aku berharap punya satu saja sahabat laki-laki yang bisa diajak berbicara dengan sudut pandang lain, secepat itu pula harapanku terkikis.

Tak bisakah kita sama-sama menunggu? Tak bisakah kita mengabaikan saja perasaan yang akhirnya bisa membunuh itu? Tak bisakah kita menikmati lebih banyak waktu sebagai teman?

Setiap kali kau dan aku akhirnya harus mundur teratur, bukan karena saling benci. Hanya saja tidak sanggup berada dalam situasi canggung, aku selalu merasa bersalah.
Mengapa kau harus mengatakannya? Tak bisakah kau diam saja, menungguku siap membuka hati kembali?

Atau, mengapa kau langsung pergi? Tak bisakah kau berusaha menjalin pertemanan kembali?
Tak tahukah kau? Aku ingin membiarkan diriku mengenalmu lebih jauh, sebelum aku memantapkan hatiku untuk melupakan yang lalu dan memutuskan untuk benar-benar melihatmu.
Kau tak tahu kan?

Aku hanya sedih, ketika sadar bahwa sekarang kita bukan lagi teman.
Bukan lagi orang yang sama, tak pernah lagi bertegur sapa.
Kita hanya kembali menjadi orang asing, seolah tak pernah saling mengenal.

Untukmu, teman yang bukan lagi teman.

Selasa, 02 Februari 2016

Tentang Melepaskan

Posted by Tamy on Februari 02, 2016 with No comments

Setiap orang pasti pernah merasakan saat-saat dimana dia harus memutuskan.
Kadang, hanya perlu waktu beberapa detik atau menit. Namun, tak jarang satu keputusan itu membutuhkan bertahun-tahun untuk direalisasikan.
Seperti halnya melepaskan.

Melepaskan tak pernah mudah, apalagi menyangkut sesuatu yang telah dimiliki dalam waktu yang lama.
Melepaskan sesuatu yang sebenarnya masih ingin kita simpan, itu jauh lebih sulit.
Apalagi melepaskan seseorang.

Seseorang yang pergi, baik itu karena keinginannya, keinginan kita, maupun kehendak Yang Maha Kuasa, tetap saja meninggalkan bekas tak terjelaskan.

Begitupun dengan kamu.
Lelaki yang membuatku menatap langit-langit kamar sambil tersenyum, mendengarkan suaramu yang menemani di ujung telepon.

Apakah kamu tahu? Akhirnya aku memutuskan untuk melepaskanmu.
Belum lama, baru-baru ini saja.
Tapi aku lega, akhirnya aku bisa membuat diriku merealisasikan apa yang sudah ku wacanakan bertahun-tahun lalu.

Apakah kamu tahu?
Sebenarnya, aku sudah mencoba melepaskanmu sejak pertama kali ku tahu aku tak akan bisa berjalan di sampingmu.
Sejak saat itu, aku memilih diam di tempatku berdiri dan menatap dari balik punggungmu yang berjalan menjauh dan semakin jauh.
Kemudian saat jejakmu tak lagi terlihat, aku mulai berjalan juga. Pelan. Tak berniat menyusulmu.
Aku tahu kau memilih persimpangan ke kanan, dan aku menegaskan kakiku untuk melangkah ke kiri. Meskipun sebisa mungkin aku masih mencari keberadaanmu, bahkan ketika jalan yang kita ambil sudah berbeda.

Aku menyesal? Iya dan tidak.
Aku menyesal, kenapa kita bertemu hanya untuk mengetahui kalau kita berdua bukan orang yang tepat untuk satu sama lain.
Kenapa kita harus mencoba membangun sesuatu tanpa pernah mau mengerti, bahwa bangunan itu tak akan pernah selesai.

Tapi tidak, aku juga tidak menyesal telah melepaskanmu.
Aku merasa tenang, merasa benar.
Aku bahkan tak lagi refleks menoleh ketika seseorang memanggil nama yang sama dengan milikmu.
Aku tak pernah lagi berpikir untuk mengetahui kau ada dimana, bagaimana kabarmu, apa yang sedang kau lakukan, sesuatu yang masih sering terjadi sebelum aku akhirnya menyerah.

Hai kamu,
Yang sekarang entah ada dimana..
Kalau-kalau kamu membaca suratku, aku ingin memberitahumu sesuatu.
Kau pernah bertanya, mungkinkah masa depan bisa menjadi milik kita?
Saat itu aku tak menjawab, karena memang aku tak tahu.

Tapi sekarang aku mengerti.
Masa depan memang akan selalu menjadi milik kita, hanya saja kita harus melaluinya tanpa saling tahu. Tanpa saling berbicara dan bercerita.

Hey kamu,
Yang pernah mengisi ponselku dengan pesan singkatmu,
Aku bahagia, aku sudah bisa melepaskanmu. Meskipun terlambat dari waktu yang seharusnya. Meskipun tak secepat dirimu. Meskipun aku menulis surat ini dengan degup yang lebih cepat.

Mungkin masih ada sedikit perasaan tersimpan di hatiku, tapi percayakah kau?
Aku benar-benar sudah melepaskanmu.

Senin, 01 Februari 2016

Namanya, Ilan.

Posted by Tamy on Februari 01, 2016 with No comments

Muhammad Ilhan Tanudirja, atau akrab disapa Ilan.

Pertama mengenalnya, saat itu aku masih kelas sepuluh SMA, sementara dia sudah kelas dua belas, hampir lulus.
Dia yang pertama kemunculannya belum begitu menarik perhatian, malah aku lebih penasaran dengan temannya, Ryan.
Dia yang sifatnya terkesan dingin , berbicara seperlunya saja, namun keberadaannya dipuja banyak orang.

Namanya Ilan...
Dia laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta pada dunia baru, dunia yang menjanjikan kebahagiaan tetapi tak jarang membuatku menangis juga.
Dia, sang kapten klub sepakbola di sekolahnya, semakin membuatku menyukai olahraga sejuta umat itu, lebih-lebih posisinya sebagai striker dan cenderung menjadi playmaker, semakin menegaskan bahwa dia memang punya begitu banyak penggemar.
Dia, yang membuatku berharap suatu hari bisa menemukan sosok serupa dirinya, lengkap dengan segala sifat dan sikapnya, terhadap teman-teman... dan juga terhadap wanita.
Dia, yang meskipun tak pernah mengatakan secara rinci perasaannya, tetapi mampu melindungi dan membuat orang merasa nyaman berada di dekatnya.

Namanya Ilan,
Dia yang selalu jadi pria favorit sepanjang masa-ku, meskipun seiring waktu berjalan aku banyak menemukan sosok-sosok baru di dunia yang sama dengannya, yang tak kalah mempesona.
Tapi, dia tetap yang pertama.

Namanya Ilan, karakter laki-laki sempurna yang ku harap ada di dunia yang sama denganku, bukan cuma hidup di lembaran buku fiksi yang hanya bisa kubaca, tak pernah bisa kutemui.

Namanya Ilan, karakter laki-laki di novel "Soccer Love", yang menjadi novel pertama dan masih sering ku baca hingga sekarang.

Iya, namanya Ilan.