Jumat, 31 Maret 2017

Balada PJ Mata Kuliah

Posted by Tamy on Maret 31, 2017 with 5 comments

Permisi numpang curhat!
(Sebenernya kan ini blog gue sendiri, ngapain pake izin segala? Anggep aja gue lagi kehabisan kata-kata pembuka).

Jadi gini. Menurut terawangan salah satu temen gue, katanya gue ini termasuk tipe orang yang introvert -dan gue mengamininya.
Tapi gue penasaran, bisa nggak sih personality berubah?

Rasanya dulu -waktu SD atau SMP-, gue tuh kayak masih jadi open-person yang temenan sama siapa aja, mudah bergaul, ngomong di depan siapapun santai, pokoknya semacam orang yang supel gitulah.
(Yaaa namanya juga masih kecil!)

Tapi semenjak SMA dan makin parah ketika kuliah, gue berubah jadi orang yang takut banget berdiri di depan. Takut ngomong di depan orang banyak, level percaya diri turun dengan signifikan, dan maunya duduk di balik layar aja.

Mungkin gara-gara dulu gue masuk ke SMA yang lumayan favorit dan kaget harus bersaing dengan orang-orang pinter + rajin dan langsung ngerasa minder?

Atau ketika gue ngerasain dunia perkuliahan, keadaan gue berbalik 180° dari masa SMA yang bahkan nggak bisa membalik rumus fisika F= m X a jadi m = F/a, kemudian berubah menjadi salah satu mahasiswa so-called-nerd yang tentu saja makin menutup diri.

Atau mungkin memang semakin bertambah usia, semakin malas juga kita untuk beramah tamah dengan orang sekitar?

Atau bisa jadi gara-gara gue terlalu banyak baca novel yang pemeran utama ceweknya terlalu mandiri, nggak peduli sekitar, dan sedikit arogan.

Semua hal itu kayaknya ikut berperan membentuk kepribadian gue hari ini, ya.
Ditambah, inner circle gue juga isinya kebanyakan introvert.
So yeah, you got the point here.

Duh, jadi ngalor ngidul lagi. Tapi biasanya juga gitu kan ya. Tolong dimaklumin aja~

Back in topic, ceritanya kan gue lanjut kuliah lagi nih agar supaya ngedapetin gelar sarjana. Buat yang sedang atau pernah kuliah, pasti udah nggak asing sama PJ alias Penanggung Jawab Mata Kuliah kan ya?

Semester lalu, gue beruntung karena nggak kebagian jadi PJ. Jadi cuma bantu-bantuin dikit aja.
Semester ini, kita bagi tugas lagi nentuin siapa yang jadi Penanggung Jawab Mata Kuliah A, siapa yang Mata Kuliah B, dst.
Karena semester lalu gue udah 'cuci tangan', kali ini gue dengan sadar diri memilih salah satu mata kuliah yang akan gue urusin selama satu semester.

Awalnya biasa aja, ngehubungin dosen, nunggu kepastian masuk atau nggak, ngambil absen, dan hal-hal standar lainnya.
Tapi bedanya, Mata Kuliah ini juga diikuti oleh temen-temen dari peminatan lain.
Have I mention that my class only have 6 students?
Sebenernya ada 29 orang, tapi setelah dibagi sesuai peminatan, kelas kami cuma berisi enam orang. Semuanya cewek, dan nggak pernah ada drama yang gimana banget. We're happy as a team in that class.

Tapi semester ini, kita diberi pilihan buat ikut kuliah di peminatan lain, dan temen-temen dari berbagai peminatan lain memilih buat masuk ke mata kuliah yang kuurusin itu (dengan alasan nilai yang kami peroleh di peminatan ini rata-rata A semester lalu. Geez).

Everything just fine, but some couple weeks ago, I thought I shouldn't volunteer-ing myself as a PJ for this subject.
I prefered to take another subject, -yang meskipun dosennya suka susah dihubungin- tapi cuma berisi 6 mahasiswa daripada harus mengorganisasi kelas yang berisi 23 orang.

Akan lebih mudah ngobrol, ngasih tau, ngebentuk kelompok, -whatever you name it- dengan jumlah orang yang sedikit, apalagi orang yang sudah gue paham karakteristiknya gimana.
Tapi 23 orang? Dengan kemampuan komunikasi minus macem gue ini? It's too much that I'm freaking out so much.
But it was my choice back then.

Banyak ramalan zodiak yang mengatakan kalo orang-orang yang memiliki zodiak seperti gue itu adalah tipe pemimpin. Bleh. Bukan berarti gue percaya ramalan, tapi hampir setiap kali nemuin kalimat itu bergandengan dengan zodiak gue, rasanya kok gue selalu mau muntah.

Okay, gue tau kalo setiap manusia itu pemimpin bagi dirinya sendiri, khalifah di bumi.
Tapi kayaknya, bagi gue, definisi pemimpin itu cukup untuk diri gue sendiri.
Jadi pemimpin buat orang lain itu susah, dude! Seriously.

Apalagi dengan kondisi gue yang nggak jago buat basa-basi ke orang-orang, yang kalo nggak disapa nggak bakalan nyapa (bukan karena sombong, tapi semacam perasaan malu, takut nggak dikenalin/disapa balik, dan banyak What Ifs lain).

Contohnya aja, gue disuruh bikin kelompok di kelas buat ngerjain tugas.
Sementara gue mau mulai ngomong di depan (setelah mengumpulkan sejuta keberanian dari mana-mana), tapi orang-orang pada sibuk sama kegiatannya sendiri dan suara gue tenggelam, gue langsung nyerah dan minta tolong orang lain.

Taruhlah, gue nggak bertanggung jawab. Tapi gue beneran nggak pernah suka jadi pembicara. Gue cuma pinter ngomong kalo lagi curhat, kayak sekarang. Meskipun teknisnya ini gue nulis, tapi yaaa pokoknya gitulah ya.

Gue juga sebel, kenapa gue nggak bisa mengalihkan perhatian mereka buat cuma dengerin gue? Kenapa ketika mereka mulai dengerin, gue speechless dan bingung mau ngomongin apa? Dan, kenapa penjelasan gue kayaknya selalu melintir dan nggak to the point? (Kebiasaan ngeblog ngalor ngidul mungkin salah satu penyebabnya).

Mungkin mereka juga mikir karena gue nggak setegas itu, jadi mereka juga nggak seantusias itu buat ngedengerin gue?
Atau karena gue nobody, yang nggak pernah jawab pertanyaan dosen, yang nggak pernah ngajuin pertanyaan di akhir sesi perkuliahan, yang mungkin cuma diingat karena hapenya bisa dijadiin remote AC?

Oh crap, I'm starting to blame anyone to this.

No, no,
I know there's nothing wrong with them. The one I should blame is actually myself. Why am I being distracted so easily?
Masalah beginian aja dipikirin astaga.

But I need a stress-reliever.
Then I think I'll be better if I write it. And it works, I guess.

Sedih sih, kenapa gue nggak bisa kayak Piper yang punya kemampuan bikin orang dengerin apapun perkataannya. Atau kayak Annabeth yang percaya dirinya bisa bikin dia bertahan hidup.
Why am I bringing that fantasy-character to compare to myself? Because I adore them.
I love seeing people who take theirself as a leader, with that super great confident.

But I don't want to be one.

I want to be myself.

Duduk di balik layar, meminimalisir percakapan dengan orang-orang, tanpa perlu nunjukkin keberadaan gue tapi gue juga ikut partisipasi dalam suatu kegiatan.

Misalnya, ada acara pensi.
Mungkin orang rebutan mau jadi penampil, host, atau ketua panitia, dan jabatan yang membuat dirinya berada di hadapan orang banyak.
Gue mungkin bakal memilih buat jadi orang yang ngetik proposalnya, bikin laporan, atau nyiapin rundown acaranya, apapun asal gue nggak perlu muncul di depan orang banyak.

Dan kayaknya, -mengutip kalimat Leo Valdez- gue lebih seneng berinteraksi sama benda mati (as in Handphone, Laptop, Motor, Mobil), apapun yang nggak bisa jawab pertanyaan gue, tapi bisa gue ngerti dan pahami cara kerjanya.

Mestinya gue kuliah jurusan teknik mesin aja kali ya? Atau kuliah IT biar tiap hari ngadepin komputer & laptop.
Halah. Kayak nilai gue nyampe aja mau masuk jurusan-jurusan begitu. Wkwkwkwk

Btw, kenapa gue begini amat ya? Nanti kalo tahun depan udah wisuda, gue pasti ngakak bacanya wkwk

Blogpost kali ini isinya pemikiran negatif semua nggak sih? Ngeluh ngeluh nggak jelas. Gimana nanti kalo udah kerja? Tekanan bakal lebih berat pasti kan ya hahaha
Sungguh tidak berfaedah sebenernya curhatan gue hahaha.

Sorry for wasting your time and let you read this another nonsense curhat.

See you next post, (in case you're waiting :D)

Tamy♡

Sabtu, 18 Maret 2017

[REVIEW] Percy Jackson's Greek Gods

Posted by Tamy on Maret 18, 2017 with No comments

Judul : Percy Jackson's Greek Gods
Penulis : Rick Riordan
Penerbit : Mizan Group
Penerjemah : Nuraini Masturah
Ilustrasi : John Rocco
ISBN : 9786020989884
Terbit : Juli 2015
Halaman : 401 halaman

Sinopsis :

Siapa yang bisa memberitahu kisah awal mula dewa-dewi Olympus lebih baik dibanding seorang anak demigod di masa kini? Percy Jackson mengungkap pandangan orang dalam SINOPSIS
Siapa yang bisa memberitahu kisah awal mula dewa-dewi Olympus
lebih baik dibanding seorang anak demigod di masa kini?

Percy Jackson mengungkap pandangan orang dalam dengan banyak lagak dalam kumpulan kisah ini.
Saat sebuah penerbit di New York memintaku menuliskan apa yang kuketahui tentang dewa-dewi Yunani, tanggapanku adalah, “Apa kita bisa melakukannya secara anonim? Karena aku tak mau para dewa Olympia marah padaku lagi.” Tapi kalau itu bisa membantumu mengenali dewa-dewi Yunani, dan bertahan hidup dari pertemuan dengan mereka kalau-kalau mereka muncul di hadapanmu, maka kurasa menuliskan semua ini bisa menjadi perbuatan baikku di minggu ini.
Dalam Percy Jakson’s Greek Gods, putra Poseidon menambahkan mantranya sendiri—selain sarkasmenya—kepada kisah klasik ini dan menyuguhkan kepada pembaca pandangan pribadinya pada masing-masing tokoh masa purba, dari Apollo sampai Zeus. Kalau kau menyukai banyak penipuan, pencurian, pengkhianatan, dan kanibalisme, bacalah terus, karena ia jelas merupakan Masa Keemasan bagi semua itu.
Baik kau masih awam dengan mitologi Yunani ataupun sudah sangat paham, buku yang sangat menghibur ini akan membuat kisah-kisah dari masa lampau itu jadi relevan dan sulit dilupakan.
***

Pernah dengar tentang Mitologi Yunani? Tentang Dewa-dewi? Zeus, Poseidon, Hades?
Nah, kali ini kita akan mendengar kisah dua belas Dewa-Dewi dari sosok demigod paling mempesona abad ini, siapa lagi kalau bukan Percy Jackson.

Ada yang sudah mengikuti serialnya? Percy Jackson and The Olympians dan Heroes of Olympus? Bagi yang pernah membacanya, pasti sudah tidak asing dengan sosok Dewa-Dewi dan segala sifat serta sikapnya yang kadang tidak bisa dipahami.
Bagi yang belum membaca, mungkin di buku inilah kalian akan menemukan ketertarikan terhadap mitologi Yunani yang sangat legendaris.

Di sini, Percy akan mengisahkan kembali dengan ciri khas, sarkasme, bahkan komentar-komentar yang sukses membuat pembaca merasa terhibur. Alih-alih membacaa buku sejarah, membaca Percy Jackson's Greek Gods ini terasa seperti membaca novel atau komik karena selain gaya bercerita yang menyenangkan, buku ini juga dilengkapi ilustrasi-ilustrasi karya John Rocco yang tak kalah menarik!

Kau mesti jatuh cinta dengan Aphrodite!
Pada halaman awal, diceritakan proses terjadinya dunia menurut Mitologi Yunani, ada Chaos, yang mewujud menjadi Gaea (Bumi), lalu terciptalah Ouranos (Langit), hingga kemudian terlahirlah Para Titan, Sang Tangan Seratus, dan Para Raksasa, serta Cyclops.

Meskipun terkesan singkat, tapi penggambaran akan masing-masing tokoh yang diangkat di buku ini sangat jelas. Belum lagi ditambah celetukan si pendongeng yang sukses membuat pembaca makin betah melanjutkan halaman demi halaman. Gaya menulis Rick Riordan yang jenaka tak ketinggalan juga terasa di buku ini.

Dari para Titan, muncullah sosok yang sangat terkenal di seri PJO yaitu Kronos yang kemudian menjadi bapak yang sangat jahat (karena dengan sengaja menelan) para Dewa Dewi Olympia.
Satu kalimat yang cukup membuat tergelak di bagian Kronos adalah :
"Selain menjadi Raja Kosmos, Kronos menjadi Titan bagi waktu. Dia tak bisa muncul dalam lintasan waktu seperti Doctor Who atau semacamnya, tapi sesekali dia bisa membuat waktu melambat atau mempercepatnya. setiap kalinya kau menyimak pelajaran sangat membosankan yang rasanya berlangsung tiada akhir, salahkan Kronos. Atau setiap kali kau merasa akhir pekan berlalu terlalu cepat, itu juga salah Kronos." 
Berturut-turut setelah membahas proses terbentuknya dunia dan bermacam-macam Titan dengan segala pangkat dan pekerjaan beserta lokasi tempat tinggalnya, Percy lanjut mengisahkan enam dewa anak Kronos dan Rhea yaitu Dewi Hestia yang sangat cinta damai, Demeter si ibu 2/3 musim, Hera yang merupakan Dewi Pelindung Pernikahan namun sudah ribuan kali dikhianati, Hades si penguasa dunia bawah sekaligus penculik profesional, Poseidon yang bermusuhan dengan Athena, Zeus si playboy kelas kakap yang suka mengayunkan petir. 

Lalu ada Dewa-dewi -mengutip kalimat entah siapa di dalam buku itu- Generasi Kedua, Persephone yang hidupnya berubah gara-gara buah delima, Athena yang mengintimidasi, Aphrodite sang Dewi Cinta dan Kecantikan, Ares yang super sadis, Hephaestus yang menyedihkan namun berbakat, si kembar Apollo dan Artemis yang serupa tapi tak sama, Hermes yang sudah berbakat mencuri sejak bayi, dan Dionysus si Pria Anggur.

Bayi Licik Pencuri Sapi alias Hermes

Karakter yang paling berkesan dari Percy Jackson's Greek Gods versiku ada beberapa. Dan cara Percy bercerita sedikit banyak mempengaruhi pilihanku hahaha. Kisah Athena, Aprodhite, dan Hestia juga menarik minatku. Namun yang paling favorit adalah Dewi Perburuan alias Artemis. Sosok Dewi yang meskipun merupakan Putri Penguasa Langit namun tidak pernah bersikap angkuh. Prinsipnya yang hanya memburu hewan buas dan tetap memelihara lingkungan, itu sangat mengagumkan. Memimpin delapan puluh anggota yang terdiri dari gadis-gadis muda, membantu siapapun yang akan melahirkan ketika dirinya bersikukuh menjadi perawan abadi, dan sederet kemampuan lain yang juga menunjukkan kalau Artemis adalah petarung dan penolong yang baik.
Tipe-tipe cewek strong yang terkesan pendiam namun ketika diusik mampu menunjukkan kekuatannya. She's so adorable!
Artemis, Sang Dewi Pemburu


Oh iya, jangan kira kisah hidup mereka akan berjalan mulus dan tanpa kekacauan, karena kalian salah besar. Seperti peringatan Percy di awal, "Kenakan mantel dan jas hujanmu, akan ada banyak cipratan darah", memang terbukti ketika kita sudah masuk ke dalam ceritanya.
Anak yang ditelan bapaknya, anak yang mencincang bapaknya, semua ada di dalam buku ini.
Belum lagi jika sudah menyangkut kisah cinta dan segala bentuk flirting ala dewa yang nggak banget itu, duh ampun parahnya.

Tapi meskipun akan ada banyak "Iyuwh, Jijik, What the hell, Gila!" dan sederet umpatan lain yang mungkin terlontar ketika membaca kisah mereka, tapi rasa penasaran dan keinginan untuk menyelesaikan hingga halaman terakhir makin menguat. Apalagi ketika banyak diselipkan cerita fiksi, misalnya ada menyinggung Justin Bieber, Mozart, One Direction, hingga mengaitkan fakta-fakta para Dewa dengan kisah di serial Percy Jackson itu sendiri.

Sebagai pembaca yang sudah pernah membaca versi Bahasa Inggris, saya merasa cukup puas dengan hasil terjemahan dari Noura Books dan Mizan Fantasy ini. Banyak yang mengatakan jika suatu buku diterjemahkan maka akan mengurangi kadar humor di dalamnya, namun saya tetap bisa merasakan 'jiwa' dari buku ini dan tetap tertawa di setiap bab-nya.
Apalagi dengan kecanggihan teknologi, sekarang buku ini sudah tersedia di perpustakaan digital iJakarta yang bisa kita akses kapanpun, di manapun, dan oleh siapapun.
Tidak perlu repot membawa buku yang ukurannya cukup besar ini kemana-mana karena kita sudah bisa membacanya melalui aplikasi iJak.
Sudah download?
Jadi, apakah saya menikmati #GreekGodsChallenge bersama @nourabooks dan @iJakarta_id kali ini? Tentu saja jawabannya adalah iya.
Dan saya pasti akan menunggu event-event seperti ini, karena menyenangkan mengetahui banyak orang yang ternyata memiliki interest dan menyukai hal yang sama seperti kita.


Terima kasih sudah membaca. 
Hope you like it!
Peace from Palembang,


Tamy.