Selasa, 24 Maret 2020

Overthinking

Posted by Tamy on Maret 24, 2020 with 2 comments

Dua minggu terakhir, rasanya seberat itu.

Mungkin karena aku kebanyakan baca berita tentang Covid-19, mungkin karena aku stress mikirin kemungkinan aku juga tertular virus ini, mungkin juga gara-gara aku ngerasa orang-orang ngejudge keputusanku untuk tetap liburan ketika kondisinya tidak kondusif.

Sekarang tengah malem. Aku nggak bisa tidur. Padahal tadi siang aku juga nggak tidur.

Hari ini hari ke empat belas aku sebisa mungkin ngelakuin Self Quarantine setelah pulang dari liburan pendek.

Besok, semestinya aku sudah bisa menyatakan diri kalo aku lulus dari karantina mandiri ini.

Tapi nyatanya, keadaan di negara sendiri beberapa hari terakhir makin membuat panik.
Hari ini malah, provinsiku yang naik status jadi siaga gara-gara ada satu pasien positif corona.

Di awal ngelakuin self quarantine, aku menyibukkan diri dengan ngedit video dan posting-posting di IG yang ternyata sukses menyita waktu, bikin nggak kepikiran apapun selain nyari ide ini videonya mau diapain, pake backsound apa, tambahin sound effect kayak gimana...

Akhirnya 6 video berhasil tayang. Aku bangga. Aku nggak nyangka ternyata aku bisa, meskipun editannya sangat mendasar dan seadanya, dengan hasil yang belum wah.
Tapi aku bangga.
Aku produktif.
Aku bisa buat sesuatu.

Seminggu pertama aku bener-bener ngarasain good vibe, bahagia-bahagia aja meskipun kadang ngerasa sakit tenggorokan, mau pilek, bahkan rasanya kayak susah napas sesekali. Tapi cuma kerasa beberapa saat doang, abis itu ilang.
Turns out, ternyata hal ini disebabkan oleh kerajinanku baca thread-thread berbau Covid-19 tanpa henti di timeline Twitter. Rupanya, menurut salah satu dokter spesialis kejiwaan (cmiiw), apa yang aku rasain itu namanya psikosomatik. Jadi, gara-gara baca gejala-gejala orang yang diceritain di thread-thread tersebut, akhirnya aku ngerasa hal itu juga terjadi di aku. Dan katanya itu wajar.

Oke, aku akhirnya mulai mengurangi baca-baca cerita mereka karena takut makin kebawa-bawa.
Lalu, untuk kembali menyibukkan diri, aku memilih ngedit foto aja.
Setelah ngedit, terus mikir, "ah upload ah. Mumpung belum upload video"

Satu menit setelah update, aku buka Twitter terus baca ada yang ngetwit bahwa orang-orang yang masih liburan di masa sekarang ini, pake acara upload sana sini pamer, itu adalah orang yang ignorant. Harus ditandain. Jangan mau temenan lagi.

Disitu aku ngerasa itu twitnya pas banget kena ke aku. Kayak emang lagi ngomongin aku aja gimana.

Jleb. Langsung drop aja rasanya. Sedih. Sakit. Ngerasa bersalah. Ngerasa aku udah ngerugiin banyak orang. Ngerasa judgement orang-orang ke aku bakal kayak gitu.

Gils. Nulis ini aja gue rasanya ga sanggup.
Bukannya dramatisir. Tapi gue tiba-tiba ngerasa kayak gue ga punya hak untuk bercerita. Karena gue udah ngelakuin hal yang salah.

Capek banget.
Pengen cerita lebih panjang.
Tapi mungkin besok lagi.
Aku mau cari pengalih perhatian dulu.

Related Posts:

  • Favorit Sepanjang MasaMungkin ini postingan kesekian yang isinya melulu tentang karakter fiksi dan berbau negara ginseng sana. Tapi lagi-lagi aku hanya ingin menulis, mengabadikan, serta mencatat apa yang tengah membuatku bahagia sekarang untuk ke… Read More
  • Menjalani yang dipilihkan (2)Hai lagi! Kali ini aku bakal lanjut curhat yang belum kelar. Happy Reading! Ehm... tes... tes... Akhirnya setelah merelakan jurusan pilihan yang tak direstui dan melewatkan tanggal daftar ulang di universitas tersebut sehingg… Read More
  • Is it just me?Mungkin hanya aku, yang terlalu mudah mengaitkan segala sesuatu. Mungkin cuma aku, yang tak perlu mengingat dengan kuat untuk kembali menemui kenanganmu. Mungkin, aku saja yang tak pernah lelah mengacak-acak masa lalu yang su… Read More
  • What If?Aku lelah berandai-andai. Karena beberapa tahun terakhir, hidupku selalu dipenuhi pilihan-pilihan sulit yang kemudian membuatku memikirkan apa yang akan terjadi seandainya aku memilih A bukannya B. Atau bagaimana misalnya dul… Read More
  • Seleraku Mungkin Bukan Seleramu (1)Beberapa Minggu ini, aku mulai menyadari sesuatu yang sebenarnya sangat mendasar dan  selalu ada di kehidupan sehari-hari. Selera. Setiap manusia dilahirkan dengan begitu banyak perbedaan, termasuk apa yang disuka dan ti… Read More

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Halo!
      Makasih udh mampir dan baca. Semangat jg buat kamu, semoga sehat selalu :)

      Hapus