Kamis, 11 Februari 2016

Pria dengan Kaos Kaki Hijau

Posted by Tamy on Februari 11, 2016 with No comments

Dear River Jusuf.
Lelaki yang akhir-akhir ini menarik perhatianku sama kuatnya seperti ketika magnet berbeda kutub bertemu.

Kalau boleh jujur, aku awalnya lebih penasaran pada sosok adikmu, Aga. Dia yang terkesan ramah, supel, dan mudah berbaur bahkan dengan orang yang baru dikenalnya beberapa saat itu benar-benar membuatku terpesona. Tapi itu sebelum aku menemukan kamu yang menunjukkan perhatian kecil meskipun dengan cara yang berbeda.
Kamu menegur Raia, ketika kamu ingin sendirian dan terhindar dari hingar-bingar pesta di ruang sebelah.
Kamu mau menanyakan keadaannya, bahkan ketika fokusmu sebenarnya ada pada gedung apartemen di seberang yang sedang kau tuangkan ke atas buku gambarmu.
Kamu menjawab pertanyaan-pertanyaan Raia, walaupun hanya sekedar anggukan dan sebaris senyum tipis.
Saat itu, aku langsung menjadi penggemarmu. Menahan diri untuk menunggu sang penulis menyebutkan namamu.

Kamu, yang meskipun terkesan cuek dan dingin.
Yang suka memakai jaket cokelat, beanie abu-abu, dan tak ketinggalan kaos kaki hijau yang tiap hati kau cuci dan keringkan untuk dipakai lagi esok harinya...

Aku menyukaimu, melihat caramu mengajak Raia berkeliling, menceritakan padanya kisah dari setiap bangunan di Kota New York yang seolah memiliki sejuta cerita.
Aku mengagumimu, karena kamu akhirnya mau sedikit membuka dirimu, berceloteh lebih banyak, menunjukkan senyummu yang menenangkan, dan bahkan memamerkan tawamu yang selama ini kukira tak akan pernah muncul.

Dear Mas River,
Aku tahu, betapa masa lalumu masih menghantui dan membuat lukanya tak bisa sembuh.
Aku tahu, sosok Mbak Andara sangat membekas dalam ingatanmu, mengingat betapa manisnya kisah yang kalian jalani sejak pertemuan tak disengaja hingga akhirnya tiba waktu Tuhan memisahkan.
Aku tahu, jalan satu-satunya untuk membuatmu tetap hidup adalah 'mengungsi' seperti yang kau lakukan setahun belakangan ini. Bahkan, kerinduan seorang ibu pun belum mampu menarikmu kembali ke tanah air.
Tapi akan selalu ada orang baru yang datang, bukan?

Dear Bapak Sungai...
Seperti katamu, sosok Raia seperti petir menyambar. Tanpa diundang dan tiba-tiba. Tapi menggelegar.
Aku senang, mengetahui kalian dipertemukan.
Seperti ucapmu, kalian berdua adalah orang yang tersesat. Dan tersesat berdua lebih baik daripada sendirian.
Aku senang, ketika kau dan Raia membentuk satu hubungan yang aku juga tak tahu apa namanya. Tapi tidak semua hal butuh nama bukan?
Aku senang ketika kau menghawatirkan Raia sebegitu besarnya hingga harus membentaknya meski kau tak bermaksud begitu.
Namun, aku sedih mengetahui akhir kisah kalian di #PollStory kali ini masih berbentuk tanda tanya.
Kamu yang merasa bersalah, karena ingin memberikan rasa sayang kepada Raia, yang berhak didapatnya, tetapi di sisi lain hatimu masih mencintai Andara sepenuh hati.

Satu harapanku, semoga baik dirimu maupun Raia menemukan kebahagiaan, setelah luka dan pengalaman sedih yang telah kalian lewati dengan pasangan hidup masing-masing.
I'll be happier if you catch the happy ending together on the same way.
But if you guys destined to end-up in separated ways, it'll break my heart but it doesn't matter.
Semoga kalian bisa berdamai dengan masa lalu, hidup dengan tenang di masa sekarang, dan melangkah lebih ringan menuju masa depan.

p.s : Thanks Kak Ika sudah menghadirkan satu lagi cerita yang menyedot perhatian sebegitu banyak orang. Terimakasih untuk tokoh-tokoh super keren dan berhasil membuat perasaanku campur aduk di setiap episode nya. Much Love!♥♥


Regards,
Salah satu pembaca The Architecture of Love yang beberapa minggu ini suka degdegan setiap Selasa dan Kamis malam.

0 komentar:

Posting Komentar