"Dia itu begini loh........."
"Iya, pantes dia bisa ..........."
Screencapture percakapanmu dengan temanmu yang ternyata juga salah satu temanku, berisi pujian yang tak pernah kuduga akan kubaca.
Lalu kemudian kamu dengan entengnya berkata,
"Eh, ternyata kamu pernah juara itu ya, ajarin aku dong"
Sebaris kalimat simpel tapi sangat menyentuh. Kejadiannya sudah sangat lama, kenapa kamu bisa-bisanya masih ingat dan memutuskan mengatakannya. Tak tahukah kau? Hatiku menghangat.
Siapa sih yang tidak mau dipuji? Terlepas dari tulus tidaknya seseorang yang melontarkan pujian, terlepas dari tujuan seseorang memuji, terlepas dari sengaja ataupun tidak sengaja, selalu terbersit kebahagiaan ketika mendengar seseorang mengatakan hal-hal baik tentangmu.
Apalagi, jika pujian itu datang dari seseorang yang menurutmu tak mungkin mau memujimu. Seseorang yang kau pikir lebih baik darimu, yang tak akan pernah memikirkan kemampuanmu.
Tapi ternyata pujian itu datang, tanpa peringatan, sangat tiba-tiba.
Dan kau tahu? Efeknya sungguh menyenangkan. Membuatku terbang, berputar di kumpulan awan, lalu turun kembali ke bumi hanya untuk memastikan aku tak salah baca.
Ah, sungguh aku tak tau harus berbuat apa.
Ketika kamu berpikir memiliki sedikit kelebihan yang bisa dibanggakan, itu tak ada artinya sebelum ada orang yang mengamininya, kan?
Misalnya, kamu berpikir dirimu adalah sosok A, tapi kamu tak pernah mengumumkan bahwa dirimu adalah A.
Kemudian, ada orang yang mengatakan bahwa kamu memang A, tanpa pernah tahu di lubuk hatimu, kamu menumbuhkan keyakinan yang sama.
Menyenangkan bukan?
Ketika seseorang menilaimu sama seperti apa yang ada di hatimu.
Sebenarnya, Aku tidak bermaksud minta diakui. Aku bukannya ingin semua orang sependapat dengan kata hatiku. It's impossible, I know.
Aku hanya ingin tau, apakah aku sebaik itu di satu bidang tertentu? Apakah aku hanya sosok berkemampuan rata-rata yang bahkan tak bisa diingat?
Ketika seseorang menegaskan bahwa aku memang seperti yang aku pikirkan, tak ada lagi yang bisa menandingi perasaan seperti itu. Aku bersyukur, aku tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap diriku sendiri.
Aku senang, aku bukanlah gadis delusional yang berpikir ada sedikit hal bagus di diriku.
Mungkin kamu tidak bermaksud memuji, tapi entahlah aku sudah terlanjur merasa sangat tersanjung.
Untuk kamu, temanku yang tak pernah mau mengalah jika diajak berdebat, terimakasih pujiannya.
Your words several months ago, really made my day, even till now.
0 komentar:
Posting Komentar