Selasa, 02 Februari 2016

Tentang Melepaskan

Posted by Tamy on Februari 02, 2016 with No comments

Setiap orang pasti pernah merasakan saat-saat dimana dia harus memutuskan.
Kadang, hanya perlu waktu beberapa detik atau menit. Namun, tak jarang satu keputusan itu membutuhkan bertahun-tahun untuk direalisasikan.
Seperti halnya melepaskan.

Melepaskan tak pernah mudah, apalagi menyangkut sesuatu yang telah dimiliki dalam waktu yang lama.
Melepaskan sesuatu yang sebenarnya masih ingin kita simpan, itu jauh lebih sulit.
Apalagi melepaskan seseorang.

Seseorang yang pergi, baik itu karena keinginannya, keinginan kita, maupun kehendak Yang Maha Kuasa, tetap saja meninggalkan bekas tak terjelaskan.

Begitupun dengan kamu.
Lelaki yang membuatku menatap langit-langit kamar sambil tersenyum, mendengarkan suaramu yang menemani di ujung telepon.

Apakah kamu tahu? Akhirnya aku memutuskan untuk melepaskanmu.
Belum lama, baru-baru ini saja.
Tapi aku lega, akhirnya aku bisa membuat diriku merealisasikan apa yang sudah ku wacanakan bertahun-tahun lalu.

Apakah kamu tahu?
Sebenarnya, aku sudah mencoba melepaskanmu sejak pertama kali ku tahu aku tak akan bisa berjalan di sampingmu.
Sejak saat itu, aku memilih diam di tempatku berdiri dan menatap dari balik punggungmu yang berjalan menjauh dan semakin jauh.
Kemudian saat jejakmu tak lagi terlihat, aku mulai berjalan juga. Pelan. Tak berniat menyusulmu.
Aku tahu kau memilih persimpangan ke kanan, dan aku menegaskan kakiku untuk melangkah ke kiri. Meskipun sebisa mungkin aku masih mencari keberadaanmu, bahkan ketika jalan yang kita ambil sudah berbeda.

Aku menyesal? Iya dan tidak.
Aku menyesal, kenapa kita bertemu hanya untuk mengetahui kalau kita berdua bukan orang yang tepat untuk satu sama lain.
Kenapa kita harus mencoba membangun sesuatu tanpa pernah mau mengerti, bahwa bangunan itu tak akan pernah selesai.

Tapi tidak, aku juga tidak menyesal telah melepaskanmu.
Aku merasa tenang, merasa benar.
Aku bahkan tak lagi refleks menoleh ketika seseorang memanggil nama yang sama dengan milikmu.
Aku tak pernah lagi berpikir untuk mengetahui kau ada dimana, bagaimana kabarmu, apa yang sedang kau lakukan, sesuatu yang masih sering terjadi sebelum aku akhirnya menyerah.

Hai kamu,
Yang sekarang entah ada dimana..
Kalau-kalau kamu membaca suratku, aku ingin memberitahumu sesuatu.
Kau pernah bertanya, mungkinkah masa depan bisa menjadi milik kita?
Saat itu aku tak menjawab, karena memang aku tak tahu.

Tapi sekarang aku mengerti.
Masa depan memang akan selalu menjadi milik kita, hanya saja kita harus melaluinya tanpa saling tahu. Tanpa saling berbicara dan bercerita.

Hey kamu,
Yang pernah mengisi ponselku dengan pesan singkatmu,
Aku bahagia, aku sudah bisa melepaskanmu. Meskipun terlambat dari waktu yang seharusnya. Meskipun tak secepat dirimu. Meskipun aku menulis surat ini dengan degup yang lebih cepat.

Mungkin masih ada sedikit perasaan tersimpan di hatiku, tapi percayakah kau?
Aku benar-benar sudah melepaskanmu.

0 komentar:

Posting Komentar